Saat pertama membaca berita bahwa Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono
akan berkecimpung ke dunia media sosial dengan membuka akun Twitter
resmi (@SBYudhoyono), saya tidak percaya.
Kenapa
baru sekarang? Kenapa tiba-tiba presiden — yang sudah menjabat dua
periode — ingin membuka akun Twitter sendiri? Apa ada kaitannya dengan
Pemilu tahun depan? Atau memang sungguh-sungguh ingin berkomunikasi
lebih intens dengan rakyat?
Tetapi daripada berspekulasi panjang
mengenai agenda di balik keinginan SBY jadi anak Twitter, saya lebih
memilih untuk memberikan sedikit saran, untuk Pak SBY dan timnya,
tentang hal apa saja yang sebaiknya dihindari di Twitter. Ini dia:
Reply Pak, jangan RTDalam
Bahasa Indonesia, "reply" artinya membalas, sedangkan "RT" (retweet)
bisa diartikan mengepos ulang sebuah twit. Jadi, penting diingat, jika
ingin membalas sebuah twit, gunakanlah fitur reply, jangan RT.
Ini
mungkin terlihat sederhana, tapi supaya Bapak tahu, masih banyak
pengguna Twitter di Indonesia yang membalas sebuah twit dengan
menggunakan fitur retweet (terima kasih ya, Uber Social). Tentu saja
jadinya mengganggu karena sering kali obrolan antara satu akun dengan
akun lainnya, tidak relevan buat kita. Dan membaca begitu banyak konten
yang tidak relevan di timeline kita, tentu membosankan. Apalagi, bila
datangnya dari sebuah akun resmi presiden.
Jangan #nomentionHindarilah
segala twit yang berbau “nomention” (menulis twit tanpa menulis objek
jelas, dengan maksud menyindir pihak tertentu), sengaja atau tidak
sengaja. Harus diakui, nomention memang senjata paling ampuh saat ingin
mengeluh atau membicarakan orang di Twitter. Ibaratnya, sekali dayung
dua-tiga pulau terlampaui. Sekali twit, dua-tiga orang tersindir.
Tapi
seorang presiden tiada pantas bermain nomention di Twitter. Jangan
biarkan kami rakyat Indonesia menerka-nerka maksud dan tujuan dari
setiap twit Bapak. Jangan biarkan media berasumsi dan menebak siapa yang
Bapak maksud di setiap twit sindiran Bapak.
Jadi, jika memang
Bapak ingin menulis twit romantis untuk Bu Ani, pastikan menyebutkan
namanya. Jika ingin mengucapkan selamat pagi dan semangat selalu untuk
Ibas, cantumkanlah foto berdua bersamanya.
Status BBM dan
Twitter Anas Urbaningrum sudah ramai dijadikan bahan riset serta
headline di media massa. Apalagi twit seorang Presiden?
Jangan cuma retweet pujianKonsultan
komunikasi kepresidenan mungkin sudah menjelaskan apa itu “selebtwit”.
Oh, belum? Oke. Selebtwit adalah mereka yang tersohor di dunia Twitter,
tetapi belum tentu tersohor pula di dunia nyata. Beberapa selebtwit
sering meretweet seabrek pujian yang mereka terima — dan ini
menggelikan.
Citra Bapak memang kurang oke akhir-akhir ini,
tetapi sebagai seorang presiden, Bapak pasti masih memiliki banyak
pendukung. Mereka kemungkinan besar akan memuji Anda di Twitter. Jika
itu terjadi, jangan pernah retweet pujian tersebut — apalagi dengan
menambahkan emoticon “:)” di depannya.
Ya, sesekali tidak
apalah. Tapi jika terlalu sering, kami tidak akan mendapat info berharga
apa pun dari akun resmi. Untuk apa memfollow sebuah akun yang
kebanyakan isinya hanya retweet pujian?
Jangan mudah ngambekKalau
di poin sebelumnya saya bilang Anda akan dapat pujian, kali ini
sebaliknya. Bisa dipastikan di Twitter nanti Anda akan menemui banyak
kritik, protes, hingga makian dari rakyat. Entah itu mengenai kebijakan
terbaru, pidato, hingga hal sesederhana, hobi Bu Ani di bidang fotografi
serta ucapan khas: “Prihatin”.
Dalam menanggapi twit seperti
ini, ada baiknya Anda (dan tim) tidak terburu-buru emosi, menentang
balik si oknum secara frontal, atau sampai membuat tim khusus untuk
menanggulangi protes di Twitter. Cukup tanggapi secara sederhana, dan
pastikan poin yang disampaikan oleh si rakyat didengar.
Jadikan
Twitter sebagai alat untuk mendengarkan opini, keluhan, dan makian
singkat masyarakat. Ingatlah bahwa di internet, orang bebas menjadi
siapa saja, bahkan memalsukan identitas seolah-olah jadi antikorupsi.
Jangan heran bila suara di Twitter lebih vokal, dibanding di dunia
nyata.
Jangan sampai dibajakBukan, ini bukan
soal pembajakan album Anda, tapi pembajakan akun Twitter. Saya tidak
tahu metode apa yang akan dipakai oleh SBY dan tim untuk merawat dan
mengurus akun Twitter resmi (apakah SBY akan selalu login akun
Twitternya di ponsel pribadi, ataukah SBY hanya menyuruh tim untuk
menulis twit). Yang jelas, berhati-hatilah terhadap pembajakan. Cukuplah
website SBY yang dibobol, akun Twitter jangan sampai.
Memang
sih, nggak terbayang ada orang yang berani membajak akun resmi seorang
presiden. Tapi bisa saja kecelakaan terjadi. Misal, si pembajak berniat
membajak akun Twitter si admin, tapi ternyata malah ke akun
kepresidenan. Kalau sudah begini, siapa yang bisa disalahkan?
Poin apa lagi yang perlu disampaikan ke SBY soal Twitter? Menurut kamu ada yang perlu ditambahkan?
0 komentar:
Posting Komentar